Walaupun aslinya konten kayak gini hasilnya bisa lumayan panjang karena bakal mengupas sisi-sisi lain dari kepribadian manusia.
Ya, salah satunya yang sering banget terjadi, yaitu oversharing.
Topik ini awalnya muncul aja sebagai ide random di kepala gue dari apa yang muncul di kehidupan gue sehari-hari. Jadi ini based on my experiences ya.
Tanpa berusaha untuk merendahkan siapa pun, tapi intinya ini cuma sekadar pengetahuan aja buat lo yang tertarik buat tau, "Ada apa sih di pikiran orang-orang yang suka oversharing itu?"
atau bahkan artikel gue ini bisa jadi 'warn' juga buat lo yang suka oversharing supaya mawas diri dan segera sadar buat indikasi di diri lo supaya nggak oversharing lagi.
Nah, gue bikin poin per poinnya aja ya. Tanpa gue jelasin lagi soal oversharing itu (lo semua udah pasti pada tau kan).
1. KESEPIAN
Sumber Ilustrasi: Pinterest/Alexandra. @ceezdenyc
Ini, alesan paling nomor satu, number one, numero uno yang jelas-jelas paling banyak keliatannya. Berdasarkan pengalaman gue, orang-orang yang oversharing itu cenderung tertutup sama dunia.
Mereka nggak serta merta banyak berinteraksi sama publik, bahkan ada yang cuma punya temen deket/sahabat karib cuma 1-2 orang doang. (no circle circle club).
Saking ngerasa sepinya, makanya mereka sampe-sampe 'butuh banget' yang namanya temen cerita. Secara manusia emang makhluk yang saling butuh manusia lain (sosialis) atau kata mang Aristoteles mah "Zoon Politicon".
Even itu hal nggak penting sekalipun (buat lo), mereka akan terus menerus cerita tentang diri mereka karena nggak ada orang lain lagi yang mau dengerin mereka.
2. Trauma
Sumber Ilustrasi: https://pin.it/1awv9oT
Ini alasan yang sedih sih, menurut gue. Tapi kenyataannya, memang ada yang punya trauma dari masa lalu sehingga mereka nggak ada cara lain yang lebih memuaskan selain daripada nyeritain hal-hal soal mereka ke orang lain.
Bisa jadi bahan cerita mereka itu berdasarkan dari rasa sakit yang pernah mereka rasain dulu. Pengalaman-pengalaman traumatis, dll.
Mungkin dari kejadian-kejadian itu ada sedikit menimbulkan trust issue jadi mereka milih lo buat jadi pendengar setianya karena ngga ada lagi manusia lain yang bisa diandalin.
Kalau emang ceritanya masih wajar, tapi kalau udah diranah privat, lo harus pertimbangin lagi. Apa bener-bener hal itu nyaman buat diceritain ke orang lain? Apa kalian udah bener-bener sedeket itu?
Di sisi lain, lo juga harus aware, kalau-kalau pengalaman traumatis yang dia ceritain itu ada yang menyangkut ke masalah hukum. Misal dia pernah ngalamin kasus perundungan atau pel3cehan.
Itu udah harus lo perhatiin lagi.
Lo sepenuhnya nggak bisa nyalahin kalau emang penyebabnya ini. Salah satu cara terbaik buat nge-ilangin perlakuan overshare ini, ya dengan konsultasiin ke psikolog atau psikiater.
Soalnya, akarnya ada di satu ada dua hal yang belum sembuh dari dirinya. (Atau diri lo yang misal lagi ngalamin).
3. Baperan
Sumber Ilustrasi: https://www.pinterest.jp/pin/86201780360301302/
Maksudnya baperan dalam hal sepele nan remeh temeh lainnya. Terkadang, ada orang baperan yang dikit-dikit suka ngeluh.
Ettt ... sebenernya ngeluh nggak apa-apa, asalkan jangan totally quit dan ngomel-ngomel tanpa solusi.
Jadi ngeluhnya itu beneran almost never end dan frequently ngomongin aib orang.
Bahkan yang nggak ada relasinya ama lo, mereka bisa aja ceritain orang lain yang nggak lo kenal dan ceritainnya itu yang buruk-buruk.
Gue bukannya bermaksud ngeremehin mental orang, sama sekali nggak. Justru gue yakin tiap orang ada batas kemampuan menghadapi sesuatu dan tingkat kesabaran yang beda-beda.
Tapi nih ya, buat orang baperan yang literally baperan, lo akan diajak berkeliling tamasya perbuatan buruk orang, yang mana semua orang akan menjadi karakter 'jahat' dan si dia doang yang baik.
Ini nggak bagus ya, selain lo dapet dosa gara-gara join dia cerita, lo bakal keganggu dari segi psikis juga.
Bisa aja kesehatan mental lo terganggu gara-gara dengerin cerita tentang 'betapa buruknya' orang-orang setiap hari.
Negative vibes, bruhhh ...
4. Talkactive (Suka ngomong)
Sumber Ilustrasi: https://www.pinterest.jp/pin/952792864897154696/
Terkadang penyebab lain dari orang-orang yang suka oversharing adalah nggak lain dari sifat atau kepribadiannya sendiri. Bisa jadi karena dia emang tipikal orang-orang yang Talkactive atau yang hobi ngomong.
Ya, emang nggak salah sih. Punya kepribadian yang suka banget ngomong kadang-kadang kepleset malah kebawa cerita pribadi.
Tapi menurut gue (sekali lagi, menurut gue), ini balik lagi ke gaya komunikasinya. Kalau emang kepribadian dia suka ngomong, itu wajar.
Tapi yang nggak wajar itu ketika dia ngomongin hal-hal kesehariannya mulu yang bahkan mungkin nggak penting (bagi pendengar) di tempat-tempat atau kondisi yang nggak perlu banget buat cerita tentang dirinya itu.
Misal nih, lo lagi telponan. Eh, dia dateng-dateng malah nunjukkin lo foto dia waktu masih kecil. Padahal doi tau lo lagi telponan, malah nyamperin buat ngasih tau hal yang nggak urgent banget.
Bahayanya kayak gini, bisa-bisa lo terganggu komunikasinya ke orang yang lagi telpon sama lo. Bahkan lo juga bisa terganggu dalam hubungan kerja juga, kalau-kalau lo lagi ngobrol ke orang-orang penting di kantor.
Nah, di sisi lain, kalau dia cerita tentang hal dirinya pas lo lagi nggak sibuk atau apa (berarti dia emang suka ngobrol aja dan masih ada rasa pengertiannya).
Justru lo harus keep orang yang kayak gini di pertemanan karena dia ngerasa lo tempat curhat atau bercerita yang baik. Terlepas yang denger dia, lo doang atau gimana.
Intinya kepribadian talkactive itu bagus, asal tau tempat dan kondisi aja.
5. Gejala Narsisme
Sumber Ilustrasi: https://www.pinterest.jp/pin/980166306383232520/
Wait ... ini agak too much ya, tapi lo harus concern soal hal ini.
Buat lo yang belum tau, narsisme itu berasal dari bahasa Belanda, yang artinya "Perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan".
Terus, orang yang ngalamin gejala ini disebut "Narsisis" atau bahasa Inggrisnya "Narcissist".
Sejarahnya sih, berawal dari ahli psikologi Sigmund Freud yang ngambil nama tokoh mitos Yunani, Narkissos (bahasa Latin-nya: Narcissus).
Ceritanya, Narkissos ini dikutuk sampai-sampai dia jatuh cinta sama bayangan dia sendiri di kolam.
Dia terpengaruh banget akan rasa cinta ke dirinya sendiri dan tanpa sengaja menjulurkan tangannya sampai dia tenggelam.
Kemudian, tumbuhlah bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis (Wikipedia).
Ettt ... tapi jangan sampai lo asal judge juga karena Narcissm ini masuk ke salah satu jenis penyakit mental.
So, lo nggak bisa diagnosis sendiri dan nggak akan mungkin bisa ngebawa dia ke psikiater buat didiagnosis (ya kali, dia manut).
Jadi cara lainnya adalah lo liat-liat dulu gejala Narsisme kayak gimana, kalau di antara 10 dari gejala itu ada yang cocok 5 atau lebih, wah, lo harus waspada.
Lo bisa hindarin pelan-pelan kalau misalnya dia bawa pengaruh buruk.
Misalnya dia pamer mulu hal-hal baik tentang dirinya sembari ngeburuk-buruk-in orang di belakang, ngajakin lo ngegossip, bikin lo jadi cuma temenan ama dia doang (mutus hubungan pertemanan sama orang lain) bikin lo overthinking tentang diri lo sama dia (bikin lo iri atau merasa rendah diri), dan lain sebagainya.
Nah, itu sih menurut gue alasan-alasan, kenapa sih orang-orang suka oversharing? atau kenapa ada tipe orang yang suka oversharing?
Tujuan gue bikin tulisan ini sebagai jawaban buat pertanyaan-pertanyaan random yang mungkin kelintas di pikiran lo, sebenernya gue masih ada banyak bahasan lagi.
Lo bisa pantengin aja blog gue, setiap hari bakal ada artikel baru kecuali gue lagi off nulis atau hari Minggu.
Also, ini opini gue ya, nggak bisa lo jadiin acuan atau sebagai referensi utama. Tapi dengan artikel ini lo bisa jadiin salah satu bahan pertimbangan aja buat dipikir-pikir lagi, apa lo atau temen lo selama ini oversharing karena hal-hal di atas?
0 Komentar
Kamu punya ide atau pertanyaan? Yuk tulis di bawah!